Powered By Blogger

Entri Populer

Senin, 18 April 2011

asal mula ujung batu

Pada abad XIV Masehi di salah satu daerah di provinsi Riau yakni Rokan terdapat 2 kerajaan besar, yakni Kerajaan Kunto Darussalam yang berpusat di Kota Lama dan Kerajaan Rokan yang berpusat di Koto Sembahyang Tinggi. Kerajaan ini berkuasa pada wilayah yang dilalui sebuah sungai yang mengalir di sepanjang kerajaan tersebut,yaitu Sungai Rokan.
Sungai Rokan adalah salah satu sungai besar di Riau yang bermuara ke Selat Melaka. Sungai ini merupakan urat nadi perhubungan rakyat antara daerah pantai dan pedalaman. Wilayah Sungai Rokan atau dikenal dengan Rokan Kiri terdapat beberapa kampung,salah satunya adalah Ujungbatu.
Adat istiadat yang berlaku di Ujungbatu berasal dari Andiko 44 yang berkedudukan di Muara Takus, Pucuk Andiko 44 bergelar Datuk Ajo Dibalai.Andiko 44 tidak mengenal Bundo kandung,yang ada adalah Induk Suku, kebawahnya Tuo Si induk sampai dengan pada Induk Umah Suku. Andiko 44 ini mempunyai wilayah sangat luas yaitu dikenal dalam wilayah 5 Kabung Aie yang meliputi :
1. Kapur Sembilang terdiri dari 4 Andiko
2. Kampar Kiri terdiri dari 6 Andiko
3. Kampar Kanan terdiri dari 21 Andiko
4. Tapung Kiri terdiri dari 5 Andiko
5. Tapung Kanan terdiri dari 3 Andiko
6. Pintu Raja terdiri dari 1 Andiko
7. Rokan terdiri dari 1 Andiko
8. Tanjung Singingi terdiri dari 2 Andiko
9. Delapan Koto Sitingkai terdiri dari 1 Andiko

Setiap Andiko dipimpin oleh seorang Datuk yang merupakan Pimpinan Kerapatan Adat,dan untuk daerah Ujung batu di Pimpin oleh Datuk Bendahara. Ujungbatu terdapat 5 Suku yakni Melayu Godang, Caniago, Meniliang Godang, Melayu Tongah dan Meniliang Tongah. Setiap Suku dipimpin oleh 2 Orang Datuk adat yang disebut sebagai Mamak Soko dan Mamak Pisoko. Dalam kehidupan sehari-hari adat istiadat yang dipakai adalah Adat bersandi Syara', Syara' bersandikan Kitabullah; artinya kebiasaan adat diuji dengan kitab,mana yang bertentangan dengan kitab suci umat islam tidak dipakai lagi.
 Di Ujungbatu apabila ada sengketa atau permasalahan harus di selesaikan secara adat bukan secara hukum dulu, yang bermasalah akan di panggil oleh Mamak Otak Botih dengan menghadirkan Tuo Si Induk, apabila tidak selesai maka akan di lanjutkan ke Mamak Pisoko dan menghadirkan Sumondo Tuo,Dubalang dan Induk Suku, tetapi jika tidak dapat diselesaikan maka akan dihadapkan pada Mamak Soko, biasanya kalau sampai pada Mamak Soko perdamaian akan terlaksana. Sehingga apabila kata seorang Mamak Soko seorang pencuri tidak boleh dipenjarakan maka dia akan bebas dan polisi tidak dapat berbuat banyak. tetapi pelaku akan di awasi oleh kerapatan adat. Semenjak perkembangan zaman Khusus untuk kasus Narkoba,Pembunuhan,Kriminal berat akan diselesaikan lewat jalur Hukum tetapi tetap memperhatikan petuah Mamak Soko.
 Ujungbatu memiliki potensi bisnis seperti karet, sawit, Pasir batu, dan walet juga daerah yang sangat strategis sehingga sangat rawan untuk di caplok oleh daerah lain. Selain itu , masyarakat masih memiliki karakter memegang adat yang kuat dan mengikuti apa yang dibilang oleh tokoh adat dan tokoh masyarakat, sehingga apabila tidak ada pendekatan dengan dan restu dari tokoh adat maka membuka bisnis tidak akan pernah maju dan berkembang. Sehingga para pengusaha yang memiliki usaha di Ujungbatu mencari Mamak angkat dan beli suku. Semakin tinggi posisi Mamak angkatnya maka mereka akan disegani oleh masyarakat dengan demikian perkembangan usaha mereka jadi lebih meningkat tinggi.
 Selain itu oleh masyarakat Ujungbatu terdapat suku yang keberadaan tidak kasat mata atau tidak nampak oleh manusia biasa yakni Suku Bunian. Hanya orang – orang tertentu yang bisa berkomunikasi dengan Suku Bunian, bentuk dan rupanya katanya sama dengan manusia biasa yang membedakannya hanya Suku Bunian tidak memiliki lekukan (rata) antara bibir atas dengan hidung. Kehidupan Suku Bunian sama seperti manusia beraktifitas dan berkembang. Terlepas kita percaya atau tidak yang penting adalah dimana kaki dipijak disitu langit di junjung,

Pergi berenang di sungai Rokan
Ketika sore naik ke perahu
walau tinggal di kota Pekan
Rejeki dapat di Ujungbatu

10 sukses ala orang jepang

1. Kerja Keras
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).
Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan "agak memalukan" di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk "yang tidak dibutuhkan" oleh perusahaan.

2. Malu
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

5. Inovasi
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo . Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini

7. Budaya Baca
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa "1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok" . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan "rin-gi" adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam "rin-gi".

9. Mandiri
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak teman saya yang paling besar sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka "meminjam" uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya..

10. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata "tidak" untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena "hai" belum tentu "ya" bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar